Rekomendasi Framework Backend Development dan Tips Memilihnya
Ada berbagai tantangan yang dihadapi oleh berbagai industri bisnis selama beberapa tahun terakhir dan semakin banyak perusahaan yang harus mengejar kemajuan, khususnya dalam bidang teknologi. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang membutuhkan aplikasi yang mendukung kesuksesan bisnis tersebut.
Salah satu yang dibutuhkan adalah seorang Back-End Developer andal yang bisa membuat berbagai macam proyek perusahaan dalam hal pengembangan teknologi. Untuk itu, bagi kamu yang tertarik menjadi seorang Back-End Developer, ini akan menjadi peluang yang sangat baik untuk berkarir.
Eitss.. Sebelum itu, tentunya kamu perlu menguasai berbagai skill seputar Back-End Developer, nih. Salah satunya adalah penguasaan framework back-end. Lantas, apa itu framework back-end? Simak artikelnya sampai selesai, ya!
Apa Itu Framework Backend?
Framework backend adalah sebuah kerangka kerja bagian server untuk memudahkan segala tugas pekerjaan dari Back-End Developer. Framework ini lebih fokus pada bahasa pemrograman seperti JavaScript, Laravel, Node.js, Java, dan C#.
Framework back-end lebih khusus lagi pada kumpulan model dan alat yang dapat membantu Developer dalam membuat framework. Misalnya untuk website, aplikasi web, aplikasi smartphone, ataupun software.
2 Jenis Framework Backend
Sumber: Freepik
Melihat berbagai jenis framework back-end teratas, kamu perlu memahami bahwa ada dua jenis yang secara luas diklasifikasikan yaitu:
-
Client-side Web Framework, yaitu framework ini hanya mencakup user interface. User experience akan memberikan kemudahan untuk menggunakan aplikasi dianggap sebagai bagian dari sisi klien.
-
Server-side Web Framework, yaitu jenis framework ini digunakan untuk fungsionalitas backend, seperti database manipulation, web server management, dan masih banyak lagi.
3 Fungsi Framework Backend
Framework back-end paling populer memiliki kelebihan lebih dari sekadar membuat pemrograman lebih sederhana dan lebih cepat. Tidak hanya menghemat waktu dan mempermudah para ahli dan pemula, tetapi juga menyediakan beberapa hal sebagai berikut.
Keamanan
Keamanan ditawarkan oleh framework back-end dari beberapa sudut. Kualitas aplikasi yang akan kamu buat dapat diturunkan oleh keamanan dari serangan dan masalah eksternal, crash, kelambatan, dan faktor buruk lainnya.
Skalabilitas
Framework back-end juga cukup fleksibel. Misalnya, jika kamu telah memilih framework back-end yang sesuai untuk proyek. Dalam hal ini, kamu dapat terus menggunakan framework tersebut saat mengembangkan aplikasi web, dari yang paling dasar hingga yang paling kompleks.
Integrasi
Framework back-end juga menyederhanakan integrasi dari penggunaannya. Alasannya adalah karena para Back-End Developer akan menyediakan pre-build tools.
Baca juga:
10 Rekomendasi Framework Backend
Dengan berbagai fungsi yang ada pada framework ini, kelas.com merangkum beberapa rekomendasi framework back-end yang dapat kamu gunakan. Adapun beberapa rekomendasinya sebagai berikut.
Laravel
Laravel merupakan framework yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi berbasis Symfony yang memiliki desain arsitektur model-view-controller. Laravel dilengkapi dengan beberapa fitur seperti complete security, exclusive unit-testing, safe migration, dan MVC architecture support.
Keunggulan Laravel dapat memberi Backend Developer beberapa opsi untuk mengakses database relasional untuk memelihara aplikasi dan deployment utilities. Disisi lain, Laravel sering melakukan update dalam waktu yang cepat dan memiliki dukungan yang terbatas dibandingkan dengan framework lainnya.
Django
Django merupakan framework back-end yang paling unggul karena didasarkan pada bahasa pemrograman Python. Framework ini didukung dengan beberapa fitur seperti SEO optimized, higher security, swift development, dan offers superior scalability.
Keunggulan Django adalah menawarkan keamanan optimal dengan membantu mencegah masalah keamanan dengan menangani serangkaian tugas konten administrasi, sitemaps, dan masih banyak lagi. Di sisi lain, Django juga memiliki kekurangan karena hanya dapat digunakan untuk proyek kecil dan memerlukan terlalu banyak pengkodean.
Ruby on Rails
Framework ini menawarkan struktur default berbasis data dan web services. Ruby on Rails memiliki beberapa fitur seperti completely object-oriented, automated deployment, straightforward testing tools, dan lainnya.
Ruby on Rails memiliki keunggulan untuk menggunakan sistem dan konvensi penyimpanan file standar serta menyediakan plugin dan modul siap pakai yang mengurangi waktu yang diperlukan untuk pengkodean. Di sisi lain, framework ini memiliki kekurangan dengan tidak memiliki dokumentasi yang cukup untuk Developer dan tidak fleksibel untuk beberapa proyek.
ASP .NET Core
ASP .NET Core merupakan framework yang open source dan digunakan secara luas oleh .NET Foundation. Framework ini memiliki beberapa fitur pendukung seperti MVC, higher performance level, dan cross-platform support.
Keunggulan dari framework ini adalah hanya perlu sedikit menggunakan kode dan mendukung banyak platform lain seperti Linux, Windows, dan lainnya. Di sisi lain, framework back-end ini memiliki kelemahan seperti tidak ada verifikasi email, username, dan memerlukan lisensi server seperti SQL, Visual Studio, dan lainnya.
ExpressJS
ExpressJS dikenal sebagai framework aplikasi web Node.js yang tersedia di bawah lisensi MIT dan dapat dimanfaatkan untuk membangun aplikasi web dan mengaktifkan API. ExpressJS memiliki fitur seperti Enable middleware, routing and templating, dan faster debugging.
ExpressJS memiliki keunggulan sebagai single programming language dan mudah untuk dipelajari bagi pemula. Namun, ExpressJS memiliki kelemahan hanya mampu bekerja dalam proyek kecil hingga sedang dan tidak bisa mendukung proyek besar.
CakePHP
Sumber: CakePHP
CakePHP merupakan framework back-end yang banyak ditulis dalam PHP dan memiliki desain software yang populer mencakup konsep teknik seperti front controller, active record, dan data mapping. Selain itu, CakePHP memiliki beberapa fitur pendukung seperti MVC architecture, app scaffolding, dan lainnya.
Keunggulan CakePHP adalah memiliki banyak data yang bisa dikonversikan dengan berbagai macam teknik dengan bantuan berbagai fiturnya. Namun, CakePHP memiliki kelemahan seperti sulitnya melakukan migrasi dari satu versi ke versi terbaru.
Flask
Flask merupakan framework back-end yang berbasis Python dan tidak memerlukan alat atau libraries khusus. Flask dapat menyediakan dukungan berbagai fitur seperti back unit testing, RESTful request dispatching, dan leverages jinja templating.
Flask memiliki keunggulan seperti berbagai komponennya dapat dimodifikasikan dalam berbagai kebutuhan proyek dan mudah untuk dikonfigurasikan. Sementara itu, Flask juga memiliki kekurangan seperti tidak adanya proses authentication dan memakan waktu ketika menggunakannya.
Phoenix
Phoenix merupakan framework back-end yang ditulis dalam bahasa Elixir menggunakan pola MVC. Phoenix diciptakan untuk memfasilitasi kinerja aplikasi bervolume tinggi serta didukung oleh beberapa fitur seperti real-time elements, in-depth testing, dan lainnya.
Keunggulan Phoenix dapat mempermudah application resource management serta menawarkan banyak proses yang tidak saling bergantung ketika dioperasikan. Namun, Phoenix memiliki kelemahan ketika mengaksesnya karena bahasa Elixir cukup sulit untuk dipahami dan masih terbilang framework yang masih baru.
Spring Boot
Spring Boot merupakan framework open-source yang memudahkan banyak Developer untuk membuat aplikasi web pada platform Java EE dan fitur inti Spring Boot secara bersamaan. Fitur tersebut seperti springapplication, conveyed configuration, dan lainnya.
Di sisi lain, Spring Boot memiliki keunggulan dalam mengkostum berbagai properti aplikasi dan mudah untuk digunakan. Namun, Spring Boot memiliki kelemahan seperti tidak dapat mendukung proyek besar dan hanya bisa untuk proyek kecil dan sedang.
Koa
Koa merupakan framework yang dirancang untuk menyempurnakan ExpressJS agar lebih cepat, ekspresif, dan memiliki pondasi yang kuat untuk aplikasi web. Oleh karena itu, Koa juga didukung berbagai fitur menarik seperti smart footprint, leverages ES6 generators, enhanced error handling, dan lainnya.
Koa memiliki keunggulan dalam kecepatan dan mudah untuk digunakan serta dipahami bagi para pemula. Namun, Koa memiliki kelemahan seperti Developer perlu menginstal beberapa router dengan framework yang memakan cukup banyak waktu.
Tips Memilih Framework Backend yang Tepat
Sumber: Laravel
Saat memilih framework back-end, kamu perlu memeriksa dan memilih kembali mana yang cocok dengan proyek yang sedang dikerjakan. Pahami setiap framework dengan melihat dari sisi kekurangan dan kelebihannya.
Untuk itu, kamu dapat memilih mana sekiranya yang bisa kamu gunakan. Jika memiliki deadline proyek yang singkat maka kamu bisa memilih framework yang mudah untuk akses dan dikerjakan.
#BelajarLebihMudah melalui Bootcamp Backend Developer
Jadi, ada berbagai framework back-end yang dapat kamu gunakan dan perlu kamu paha lebih dalam lagi untuk penggunaannya dan memanfaatkan berbagai fitur framework tersebut untuk proyek yang kamu buat.
Kamu akan didampingi mentor yang ahli dalam bidangnya serta didukung oleh kurikulum dan materi yang berkualitas. Tidak hanya itu, kamu juga akan mendapatkan sertifikat di akhir sesi untuk mendukung CV kamu. Tunggu apalagi? Ayo tingkatkan skill framework back-end dan raih impian menjadi Back-End Developer andal sekarang juga!
Rekomendasi Kelas Terbaik
Bagikan Artikel ini: