Menjalankan Desain Produk Berdasarkan Pilar Hingga Prinsip Agile
Untuk mengembangkan produk, maka tahap awal yang kamu lakukan adalah membuat sebuah product design. Dalam tahap product design sebaiknya kamu menggunakan metode yang sering digunakan oleh banyak Produk Desainer, yaitu metode agile.
Metode agile merupakan jenis metode pengembangan software yang mengantisipasi kebutuhan akan fleksibilitas dan menerapkan tingkat pragmatisme dalam membuat sebuah produk. Oleh karena itu, agile menjadi metode terpopuler dalam product design.
Kali ini Kelas.com akan mengajak kamu untuk tahu berbagai pilar dan prinsip dari metode agile dalam product design. Serta, melalui artikel ini kamu akan mendapatkan insight baru seputar cara menjadi praktisi agile lebih mudah. Penasaran? Dibaca sampai selesai, ya!
4 Pilar Agile
Agile terdiri dari empat pilar yang menjadi pondasi utama dibangunnya agile. Pilar agile ini dapat membantu memandu tim produk saat mengerjakan berbagai proyek. Keempat pilar agile tersebut adalah sebagai berikut:
Individu dan Interaksi Lebih Penting Dibandingkan Proses dan Berbagai Alat Pendukung
Pilar agile pertama adalah mementingkan hubungan antara sesama manusia. Dalam artian lain, kamu perlu berkomunikasi secara rutin dengan tim lainnya dan memastikan setiap anggota merasa seperti karyawan yang berharga.
Proses dan alat merupakan aset yang berguna untuk dimiliki, tetapi keduanya ada untuk mendukung keberlangsungan tim tersebut. Hasil produksi dengan agile terbaik akan didorong oleh individu yang terlibat dan berinteraksi dengan baik satu sama lain.
Bekerja Menyiapkan Software Dibandingkan Dokumentasi yang Komprehensif
Agile dirancang untuk menghilangkan rasa frustasi dari berbagai proses software development rumit yang digerakkan oleh dokumentasi. Oleh karena itu, daripada membuang waktu untuk menyiapkan spesifikasi produk yang mendetail, praktisi agile akan meringkas semua informasi yang relevan dalam satu cerita user.
Pendekatan yang disederhanakan ini berarti para Developer dapat langsung bekerja dan menyiapkan software untuk dirilis. Dalam artian lain, pilar ini akan berfokus untuk mendapatkan hasil kerja dan memperbaikinya nanti, daripada mencoba mendokumentasikan semuanya sebelum pekerjaan dimulai.
Kolaborasi User Melalui Negosiasi Kontrak
Kolaborasi user atau pelanggan adalah salah satu pilar agile yang paling terkenal. Hal ini dipandang menguntungkan untuk negosiasi kontrak ketika pengiriman yang diinginkan user dicatat dalam kontrak hukum sebelum proses software development dimulai.
Namun, metode agile bertujuan untuk berkolaborasi dengan para Developer selama siklus pengembangan software, menawarkan pemikiran, dan memberi saran saat produk dibuat. Dengan cara ini, feedback yang ada akan dimasukkan ke dalam proses pengembangan produk.
Menanggapi Perubahan Dibandingkan Mengikuti Rencana
Pengembangan software tradisional digunakan untuk menghindari perubahan karena dianggap sebagai pengeluaran yang tidak diinginkan, sehingga metode agile hadir untuk menanggapi perubahan yang terjadi dibandingkan mengikuti rencana. Hal ini berguna untuk membantu tim serta memodifikasi proses agar sesuai dengan kebutuhan.
Secara keseluruhan, produk dengan bantuan metode agile percaya bahwa perubahan menjadi cara untuk meningkatkan proyek. Tidak hanya itu, agile juga berguna untuk memberikan nilai tambah bagi produk maupun proyek yang direncanakan.
12 Prinsip Agile
Sumber: Freepik
Setelah memahami berbagai pilar agile, kamu juga perlu mengetahui bahwa metode agile memiliki 12 prinsip yang membantu kamu untuk merancang sebuah produk maupun proyek yang dikerjakan. Adapun prinsip agile tersebut yakni,
-
Memuaskan pelanggan atau user melalui pengiriman awal dan berkelanjutan dari pekerjaan yang berharga
-
Memecahkan pekerjaan besar menjadi tugas-tugas kecil yang dapat diselesaikan dengan cepat
-
Mengetahui bahwa karya terbaik muncul dari tim yang mengatur dirinya sendiri
-
Memberikan individu yang termotivasi dengan lingkungan dan dukungan yang mereka butuhkan dan percaya akan keberhasilan pekerjaan yang dilakukan
-
Menciptakan proses yang mempromosikan upaya berkelanjutan
-
Mempertahankan kecepatan konstan untuk menyelesaikan pekerjaan
-
Terbuka untuk mengubah persyaratan dan perubahan hingga proyek selesai
-
Mengumpulkan tim proyek dan pemilik bisnis setiap hari selama proyek berlangsung
-
Meminta tim merenungkan secara berkala tentang bagaimana menjadi lebih efektif, mengatur dan sesuaikan perilaku yang sesuai
-
Mengukur kemajuan dengan jumlah pekerjaan yang diselesaikan
-
Selalu berusaha untuk mencari keunggulan
-
Memanfaatkan berbagai perubahan untuk keunggulan kompetitif.
Baca juga:
6 Fase Agile Untuk Product Design
Sumber: Freepik
Ada enam fase yang dapat kamu lakukan dalam product design tersebut antara lain sebagai berikut.
Konsep (Concept)
Fase agile pertama adalah fase konsep. Di sini, pemilik produk akan menentukan ruang lingkup project-nya dan dalam tahap ini akan memprioritaskan yang paling penting.
Pemilik produk akan membahas persyaratan utama dengan klien dan menyiapkan dokumentasi untuk menguraikannya, termasuk fitur apa yang akan didukung dan hasil akhir yang diusulkan. Dianjurkan untuk menjaga persyaratan seminimal mungkin karena dapat ditambahkan pada tahap selanjutnya.
Pada tahap konsep, pemilik produk juga akan memperkirakan waktu dan biaya proyek potensial. Analisis terperinci ini akan membantu tim produk untuk memutuskan apakah suatu proyek layak atau tidak sebelum mulai dikerjakan.
Memulai (Inception)
Setelah membuat konsep, kamu bisa memulai untuk membuat product design tersebut dan membangun tim Developer. Dalam tahap ini, tim produk dapat memulai proses desain.
Tim produk akan membuat mockup dari user interface dan membangun arsitektur proyek. Tahap awal ini akan melibatkan masukan lebih lanjut dari banyak orang serta membantu dalam memastikan seluruh persyaratan telah dimasukkan dalam proses product design.
Pengulangan (Iteration)
Selanjutnya adalah fase pengulangan atau yang disebut sebagai fase konstruksi. Tahap ini menjadi fase terpanjang karena sebagian besar pekerjaan dilakukan akan dilakukan dalam fase ini.
Pengembang akan bekerja dengan UX Designer untuk menggabungkan semua persyaratan produk dan feedback dari user serta mengubah desain menjadi kode. Tujuannya adalah untuk membangun fungsionalitas terpanjang pada suatu dan memastikan ulang segala hal terkait product design.
Fitur dan tweak lainnya dapat ditambahkan pada pengulangan selanjutnya. Tahap ini merupakan landasan software development pada agile, yang memungkinkan para Developer membuat software yang berfungsi dengan cepat dan melakukan peningkatan untuk memuaskan klien.
Rilis (Release)
Pada fase ini product design yang dibuat hampir siap untuk dirilis. Namun pertama-tama, tim quality assurance atau QA perlu melakukan beberapa pengujian untuk memastikan software akan berfungsi.
Sementara, tim praktisi agile atau tim produk akan menguji sistem untuk memastikan clear code. Jika adanya potensi bug atau cacat terdeteksi dapat segera ditangani.
Dalam fase ini, user training juga akan berlangsung yang akan membutuhkan lebih banyak dokumentasi. Ketika semua selesai, iterasi akhir produk kemudian dapat dirilis ke dalam produksi.
Pemeliharaan (Maintenance)
Pada fase ini akan sepenuhnya digunakan dan sudah tersedia pada user atau pengguna. Jika ada kesalahan dan kegagalan terhadap produk yang dibuat, nantinya akan dipindahkan ke fase pemeliharaan (maintenance) ini.
Selama fase maintenance, tim produk akan memberikan dukungan berkelanjutan untuk menjaga sistem agar berjalan lancar dan mengatasi bug baru. Selain itu, tim produk juga akan siap menawarkan pelatihan tambahan kepada pengguna atau user dan memastikan cara menggunakan produk dengan baik.
Mengakhiri Produksi (Retirement)
Ada dua alasan mengapa suatu produk akan memasuki fase ini, yakni digantikan dengan produk baru dan sistem telah menjadi usang atau tidak sesuai dengan organisasi dari waktu ke waktu. Pada tahap ini nantinya tim produk dan user akan diberitahu bahwa software tersebut akan dihentikan.
Jika ada pengganti, user akan dipindahkan secara otomatis ke sistem baru. Terakhir, tim produk juga akan melakukan aktivitas akhir masa pakai yang tersisa dan menghapus dukungan untuk software yang ada.
Kesimpulan
Jadi, agile merupakan salah satu metode yang tepat untuk mendesain sebuah produk software. Terlebih lagi, agile memiliki empat pilar yang mendukung perancangan produk seperti yang telah dijelaskan di awal pembahasan.
Di sisi lain, prinsip-prinsip agile juga dinilai cocok dalam membuat product design karena berorientasi kepada user atau penggunanya. Kemudian, kamu tidak perlu bingung lagi terkait tahapan yang diperlukan agile dalam membuat sebuah product design karena ada enam tahapan yang akan kamu lakukan jika menggunakan metode ini untuk membuatnya.
#BelajarLebihMudah Menjadi Praktisi Agile Bersama Kelas.com
Lantas, apakah kamu tertarik untuk mempelajari metode agile dalam mengembangkan atau mendesain produk? Yuk, belajar metode agile lebih mudah melalui kelas online dengan ahlinya mulai dari dasar bersama Kelas.com.
Di kelas tersebut, kamu akan belajar soal dunia produk desain secara mendalam mulai dari tahapan awal hingga cara menggunakan metode agile yang tepat untuk produk desain. Terlebih lagi, akan ada sertifikat yang akan kamu dapatkan ketika kelasnya selesai. Bagaimana, menarik bukan? Ayo daftar sekarang juga!
Rekomendasi Kelas Terbaik
Bagikan Artikel ini: